Menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, warga Kabupaten Bandung kembali menjalankan ritual cuci karpet mesjid. Seperti tahun-tahun sebelumnya,
Daerah Aliran Sungai Ciwidey di Desa Sadu, Kecamatan Soreang, kembali menjadi salah satu tempat menjalankan ritual saban menjelang bulan puasa itu.
Tidak hanya pengurus Mesjid saja yang ikut membersihkan karpet, namun warga serta anak-anak juga terlibat aktif dalam ritual tersebut.
Usai dibersihkan di aliran sungai Ciwidey, karpet-karpet tersebut selanjutnya dijemur berjejer di sekitaran aliran sungai.
Pengurus Masjid Jami Al Ulumiah di Kampung Pojok, Desa Cigondewah Hilir, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Abah Aden (40) menjelaskan, tradisi tersebut merupakan rutinitas kaum muslim menyambut datangnya bulan suci ramadhan.
Ia menuturkan, karpet merupakan salah satu sarana ibadah yang mesti dijaga kebersihan dan kesuciannya, mengingat bulan suci ramadhan umat muslim tidak hanya menjalankan ibadah puasa saja, namun juga menjalankan Sholat Tarawih satu bulan penuh.
“Ini tradisi orang Islam menyamnut bulan suci Ramadhan agar sucinya lebih suci lah, makanya karpet-karpetnya itu di cuci biar ibadahnya nyaman dan enak,” katanya ditemui di lokasi, Jumat (8/3/2024).
Tradisi tersebut, kata dia, sudah dilaksanakan sejak dulu. Bahkan, orang tua Abah Aden sudah melakukan tradisi ini sejak 1970-an.
“Wah zaman dulu, zaman bapak saya kecil juga sudah, tahun 1970-an juga udah mulai, jadi ini turun temurun setiap bulan Sya’ban pasti orang Cigondewah terjun ke sungai kaya gini untuk membersihkan karpet tempat ibadah,” kata Abah Aden.
Menurutnya hampir sebagaian warga Kabupaten Bandung terutama di Kecamatan Margaasih menjalankan tradisi mencuci karlet di sungai.
“Yang dekat sama saya, misalnya Desa Rahayu, Desa Kutawaringin, Desa Cigondewah, kalau Kecamatan Margaasih mah rata-rata ke sini,” ungkapnya.
Proses pencucian karpet terbilang mudah. Pertama, karepet dimasukan ke dalam air, kemudian diangkat ke tempat yang kering di pinggir sungai untuk di sikat berkali-kali.
Selanjutnya, karpet dibilas menggunakan air, dan kembali di masukan ke sungai untuk dibersihkan secara menyeluruh. Apabila masih terasa kotor, maka karpet akan kembali dicuci dengan proses yang sama.
“Tadi kita berangkat sekitar jam 05.30 WIB setelah subuh dan langsung ke sini, langsung di cuci. Kalau prosesnya kita masukin ke air, di guyur dan di sikat pokoknya harus bersih lah. Kalau satu kali enggak bersih ya ulang lagi dari awal, karena biar bersih ini kan sarana ibadah,” imbuhnya.
Setelah dicuci dan dipastikan bersih, karpet tersebut langsung dijemur di sekitaran sungai.
“Dan langsung di keringkan di sini. Ditunggu sampai kering, Kadang-kadang jam 14.00 atau sampai jam 15.00 tergantung cuaca,” bebernya.
Lantaran, memakan waktu yang panjang, rata-rata warga yang menjalankan tradisi tersebut kerap membawa bekal nasi beserta lauknya, untuk disantap usai membersihkan karpet masjid.
“Tadi kita ke sini pakai kolbak (mobil pick up), kemudian karena nunggu lama setelah proses mencuci ya kita bawa makan sendiri. Itu makanan enggak ada unsur apa-apanya, murni dari masyarakat yang ngasih uang buat rokok, buat beras atau kadang ada yang ngasih lauknya,” ujar Abah Aden.
Meski wilayah Bandung Raya tengah memasuki musim penghujan, pihaknya kata Abah Aden mengaku tetap menjalankan tradisi tersebut.
Jika saat membersihkan cuaca sudah mendung, Abah Aden mengaku tetap akan menjemur karpet tersebut.
“Ya kita mengeringkan pasti di sini, kemudian kalau keganggu hujan di bawa ke kampung, pokoknta kita usahakan kering dan bisa dipakai pas Tarawih,” ucap dia.
sumber: https://rri.co.id/index.php/ramadan/585230/melihat-tradisi-cuci-karpet-mesjid-sebelum-bulan-ramadhan